Selasa, 04 Januari 2011

Pola Hidup Sehat

Mohammad Arijal
KI – B
1210201064

Hidup Sehat
POLA hidup masyarakat modern yang sarat dengan kesibukan kerap mengesampingkan kesehatan. Aktivitas padat seringkali tak disertai olahraga dan pola makan yang benar. Padahal efek global warming atau pemanasan global dapat membuat daya tahan tubuh manusia cepat menurun. Jika tidak diimbangi dengan gaya hidup sehat, bukan tak mungkin kita akan drop dan akhirnya tak mampu lagi menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk.
Global warming disertai dengan tingkat polusi yang tinggi. Kondisi ini juga mengakibatkan munculnya banyak penyakit baru. Untuk mengantisipasinya, gaya hidup sehat hendaknya diterapkan. Menyantap makanan yang sehat dan bergizi penting dilakukan sebagai langkah pertama. “Pola makan sehat bukan berarti tak boleh makan enak. Yang terpentingbahan bakunya rendah lemak dan fresh,” kata Ade Irwan Anugrah, Club Manager Grand Odiseus Fitness & Spa, Novotel Semarang.
Selain itu, menghindari rokok dan minuman yang beralkohol juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Yang tak kalah penting adalah olahraga secara teratur. Menjaga kebugaran diantaranya dapat dilakukan di fitness centre. Menurut Ade, fitness kini sudah memasyarakat. Ini terbukti dengan banyaknya tempat fitness dimana-mana. Ade umumnya dilakukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Namun pada tahap tertentu, banyak dimanfaatkan untuk pembentukan tubuh (body building). “Banyak juga yang melakukan fitness untuk membakar lemak,” lanjutnya.
Semua jenis alat yang ada di fitness centre efektif untuk membakar lemak. Namun ada beberapa alat yang punya fungsi kardiovaskular atau menyehatkan jantung seperti treadmill, stepper mesin, dan sepeda statis. Fitness ini menurutnya minimal dilakukan 3 kali dan maksimal 6 kali dalam seminggu. “Saat latihan, boleh mencoba semua alatnya untuk mempelajari manfaatnya. Setelah itu, boleh menggunakan alat secara parsial untuk melatih bagian otot tertentu,” ujarnya.
Latihan beban masing-masing punya pola dan motif yang berbeda. Ada latihan untuk otot dada, punggung, lengan, kaki, dan lain sebagainya. Waktu 45 menit-1,5 jam sekali latihan sudah cukup untuk menjaga kebugaran asal dilakukan secara teratur. Yuk kita coba.

Hidup Sehat Tanpa Rokok

Santika
Kependidikan Isla B
1210201096


Hidup Sehat Tanpa Rokok
Sebenarnya banyak kasus penyakit yang berujung kematian akibat rokok. Namun, ancaman kematian bagaikan di awang-awang. Saya membayangkan, bagaimana jika peringatan pemerintah itu ditulis dengan bahasa yang bombastis. Misalnya, merokok dapat mengakibatkan kemiskinan akut, jodoh seret, kegilaan menahun, serta bisa menyebabkan kesialan tujuh turunan.


Bagi saya yang bukan perokok, ancaman kemiskinan akut dan jodoh seret adalah alasan utama kenapa saya tidak doyan merokok. Membeli rokok yang harganya sekitar Rp 5000 perbungkus terus terang bukan sebuah pilihan ekonomis. Uang saku saya sejak usia sekolah jelas tidak mencukupi untuk anggaran rokok karena saya lebih memilih menggunakannya untuk kesenangan lain, misalnya beli majalah atau jajan bakso.

Setelah mulai kenal naksir-naksiran dengan lawan jenis, ancaman jodoh seret mulai menghantui saya jika memutuskan merokok. Hal ini disebabkan oleh survey kecil-kecilan yang pernah saya lakukan bahwa ternyata sebagian besar cewek yang saya taksir tidak menyukai pria perokok.

Kebiasaan merokok biasanya ditularkan melalui pergaulan. Kurang gaul, tidak jantan dan bermacam cap lainnya kerap ditujukan pada orang yang tidak merokok. Nah, saya ingin berbagi tips bagaimana caranya menghadapi tawaran untuk merokok.

1.cuek
Biasanya orang meletakkan rokok di meja agar orang lain mengambilnya. Jika Anda menghadapi situasi ini, cuekin saja. Pura-puralah sibuk dengan kegiatan lain, misalnya garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

2. Tolaklah dengan halus.
Usahakan memakai alasan yang masuk akal dan mematikan. ”Maaf, saya lagi nggak mood merokok, kalau sate kambing mau deh...” atau ”Aduh, tenggorokan saya lagi kering nih, permen aja ada nggak?” atau ”Ya, nanti saja, sekarang lidah saya masih terasa nikmatnya gado-gado yang baru saja saya makan., hmmm...”

3. Tolaklah dengan agak jujur.
”Maaf saya tidak merokok, dokter saya bilang kalau saya merokok umur saya tidak akan lama dan hidung saya bakal tambah pesek, huuu...” lalu mulailah menangis.

Kearifan Lokal

Moch Iqbal R
Kependidikan Islam B
1210201062

Kearifan Lokal
Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai ‘kearifan/kebijaksanaan’.
Local secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya. Pola interaksi yang sudah terdesain tersebut disebut settting. Setting adalah sebuah ruang interaksi tempat seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan face to face dalam lingkungannya. Sebuah setting kehidupan yang sudah terbentuk secara langsung akan memproduksi nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut yang akan menjadi landasan hubungan mereka atau menjadi acuan tingkah-laku mereka.
Kearifan Lokal Tidak Sekadar sebagai Acuan Tingkah Laku. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama.4 Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai
acuan tingkah-laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh keadaban.
Secara substansial, kearifan lokal itu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah-laku sehari-hari masyarakat setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan jika Greertz mengatakan bahwa kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya.5 Hal itu berarti kearifan lokal yang di dalamnya berisi unsur kecerdasan kreativitas dan pengetahuan lokal dari para elit dan masyarakatnya adalah yang menentukan dalam pembangunan peradaban masyarakatnya.
Wujud Kearifan Lokal
Teezzi, Marchettini, dan Rosini mengatakan bahwa akhir dari sedimentasi kearifan lokal ini akan mewujud menjadi tradisi atau agama.6 Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari.
Proses sedimentasi ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, dari satu generasi ke generasi berikut. Teezzi, Marchettini, dan Rosini mengatakan bahwa kemunculan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses trial and error dari berbagai macam pengetahuan empiris maupun non-empiris atau yang estetik maupun intuitif.7 Kearifan lokal lebih menggambarkan satu fenomena spesifik yang biasanya akan menjadi ciri khas komunitas kelompok tersebut, misalnya alon-alon asal klakon (masyarakat Jawa Tengah), rawe-rawe rantas malang-malang putung (masyarakat Jawa Timur), ikhlas kiai-ne manfaat ilmu-ne, patuh guru-ne barokah urip-e (masyarakat pesantren), dan sebagainya.
Kearifan Lokal sebagai Fenomena Keilmuan
Analisis Metodologis: Analogi dengan Indigenous Psychology
Kearifan lokal merupakan usaha untuk menemukan kebenaran yang didasarkan pada fakta-fakta atau gejala-gejala yang berlaku secara spesifik dalam sebuah budaya masyarakat tertentu. Definisi ini bisa jadi setara dengan definisi mengenai indigenous psychology yang didefinisikan sebagai usaha ilmiah mengenai tingkah-laku atau pikiran manusia yang asli (native) yang tidak ditransformasikan dari luar dan didesain untuk orang dalam budaya tersebut. Hasil akhir dari indigenous psychology
adalah pengetahuan yang menggambarkan tentang kearifan lokal, yaitu gambaran mengenai sikap atau tingkah-laku yang mencerminkan budaya asli.8
Secara metodologis, pembentukan indigenous psychology masih meminjam metode-metode ilmiah yang lazim dipakai sampai saat ini dengan mengkontekstualisasikan teori-teori yang ada dengan kecenderungan-kecenderungan lokal yang berkembang. Pada tahap ini, operasionalisasi teori-teori yang ada dikembangkan atau dimodifikasi menurut karakter-karakter masyarakat dan kepentingan lokal. Hal ini penting dipahami karena ketika berbicara tentang keilmuan kita tidak bisa lepas dari teori-teori Barat yang secara faktual telah mengembangkan tradisi ilmiah lebih awal.9 Dengan demikian, sebagai usaha awal masih perlu untuk menggunakan teori-teori Barat sebagai pendekatan.
Selanjutnya, titik berat metodologis penelitian tidak lagi kuantitatif murni, tetapi lebih mengarah pada penelitian kualitatif atau kombinasi kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena basis teori belum dimiliki dalam khazanah kearifan lokal, maka melalui teori-teori Barat kemudian dilakukan pendalaman-pendalaman. Pendalaman ini mengacu dan mengikuti gerak dan kepentingan masyarakat setempat. Ciri pendalaman ini menjadi karakteristik utama dalam penelitian kualitatif. Melalui pendalaman-pendalaman dapat diangkat khazanah keilmuan dari kearifan-kearifan lokal yang berkembang dan bersifat ilmiah.

Senin, 27 Desember 2010

artikel fiqh

Nama: Rangga
Nim:121 020 1086

ZAKAT
Di tengah-tengah berbagai krisis yang sedang melanda bangsa kita sekarang ini,sudah seharusnya apabila kita melihat secara lebih saksama dan sungguh-sungguh,ada beberapa jalan keluar yang dikemukakan ajaran Islam untuk mengatasi kritis tersebut dimana ajaran itu kita zakat,infak,dan sedekah secara benar dan bertanggungjawab.
Zakat menurut bahasa artinya suci dari dosa,sedangkan menurut istilah yaitu sejumlah harta tertentu (nisab) yang wajib dikeluarkan sebagian kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat tertentu.
Zakat mulai disyariatkan pada masa ke-Rasulan Nabi Muhammad SAW.Permasalahan zakat mulai muncul saat Rasulullah SAW wafat,dan ketika itu umat Islam dibawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar ash Siddiq.Dikisahkan bahwa pada masa itu terdapat sekelompok orang Islam yang menolak membayar zakat.Dengan komitmen meluruskan ajaran Islam dengan dilandasi kearifan dan ketegasan dari Khalifah Abu Bakar,permasalahan tersebut dapat diatasi oleh Abu Bakar.
Pada masa Khalifah Umar bin Khatab,zakat menjadi sektor penting untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin,sekaligus dapat menjadi sarana dakwah Islam yang sangat strategis.Pada masa Khalifah Umar bin Khatab zakat dikelola secara professional.Pada saat itu dibentuk lembaga (departemen) khusus yang menangani zakat,yang disebut baitul mal.Ketika zakat dikelola semacam itu syariat Islam ini dapat membawa perubahannya yang sangat besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan keharmonisan dan rasa keadilan.
Adapun mereka yang berhak menerima zakat adalah mereka yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran pada surat At-Taubah ayat 60 yang artinya: “sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,orang miskin,amil zakat,yang dilunakkan hatinya (mualaf),untuk (memerdekakan) hamba sahaya,untuk (membebaskan) orang yang berhutang,untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan,sebagai kewajiban dari Allah Maha Mengetahui,Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut menunjukkan bahwa yang berhak menerima zakat ialah: fakir (orang tidak memiliki harta),miskin (orang yang memiliki penghasilan yang tidak mencukupi),panitia zakat (amil),mualaf (orang yang lemah imannya untuk masuk Islam),para hamba sahaya (budak),orang yang memiliki hutang (gharim),orang yahng berjuang di jalan Allah SWT,orang yang sedang melakukan perjalanan (musafir).

Minggu, 26 Desember 2010

Nama :Rima Sari Sopianti
NIM :1210201091
Jurusan :Kependidikan Islam

Efektivitas Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Classroom Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif, serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif. Wilford A. Weber mengemukakan bahwa “Classroom management is a complex set of behaviors the teacher uses to establishand maintain classroom conditions that will enable students to achieve their instructional objectives efficiently – that will enable them to learn.” Definisi tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks

dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.

Lebih lanjut Wilford mengemukakan mengenai pandangan-pandangan yang bersifat filosofis dan operasional dalam pengelolaan kelas:

1) pendekatan otoriter: siswa perlu diawasi dan diatur;

2) pendekatan intimidasi : mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi;

3) pendekatan permisif : memberikan kebebasan kepada siswa, apa yang ingin dilakukan siswa, guru hanya memantau apa yang dilakukan siswa;

4) pendekatan resep masakan : mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak;

5) pendekatan pengajaran : guru menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan;

6) pendekatan modifikasi perilaku : mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa;

7) pendekatan iklim sosio-emosional : menjalin hubungan yang positif antara guru-siswa ;

8) pendekatan sistem proses kelompok/dinamika kelompok : meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif.

Dari kedelapan pendekatan tersebut yang akan mengoptimalisasikan adalah pendekatan modifikasi perilaku, iklim sosio-emosional, dan sistem proses kelompok/dinamika kelompok.

Berdasarkan hal di atas pengelolaan kelas adalah tingkat tercapainya tujuan dari pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan/persiapan mengajar.

Guru sebagai pengelolaan kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul; maka dengan tiga pendekatan-pendekatan yang dikemukakan, akan sangat membantu guru dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

Guru dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu merencanakan dan menentukan pengelolaan kelas yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar siswa serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut. Menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

Pengelolaan kelas akan menjadi sederhana untuk dilakukan apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan guru mengetahui bahwa gaya kepemimpinan situasional akan sangat bermanfaat bagi guru dalam melakukan tugas mengajarnya.

Dengan demikian pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi kerja guru, karena dengan motivasi kerja guru ini akan terlihat sejauhmana motif dan motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas, sedangkan dengan gaya kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut.

2. Hakekat Motivasi

Abraham H. Maslow dengan teori motivasi-nya mengemukakan ada lima tingkatan kebutuhan manusia secara berjenjang :

1) phisik : sandang, pangan,dan papan;

2) rasa aman dan jaminan : tidak ada kekawatiran akan dikeluarkan dari tempat kerja sewaktu-waktu;

3) kasih sayang dan kebersamaan;

4) penghargaan dan pengakuan dan;

5) aktualisasi diri.

Dikatakan bahwa pada umumnya kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya akan muncul setelah kebutuhan pada tingkatan sebelumnya terpenuhi/terpuaskan. David Mc. Clelland dengan Three N yaitu :

1) needs for achievement;

2) needs for power;

3) needs for afiliation.

Orang butuh berprestasi, kekuasaan dan afiliasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan manusia yang nyata, yang dapat dibedakan dengan yang lain, dan memerlukan motivasi yang cukup tinggi.

Frederik Herzberg menjelaskan bahwa ada faktor motivator yang bersifat langsung dan ada faktor hygiene yang bersifat tidak langsung, yang berkaitan dengan motivasi. Faktor-faktor motivator antara lain prestasi, pengakuan, tanggungjawab. Faktor-faktor hygiene antara lain kebijakan organisasi, pengawasan, gaji, hubungan interpersonal, dan kondisi kerja. Maslow mengidentifikasi kebutuhan atau motif yang ada pada seseorang dalam melakukan kegiatan, sedangkan Herzberg menitikberatkan pada kepuasan kegiatan (prestasi) yang akan memotivasi seseorang dalam melakukan kegiatannya. Kebutuhan penghargaan, pengakuan, aktualisasi diri pada hiarki Maslow merupakan faktor motivatornya Herzberg, sedangkan kebutuhan fisiologi, rasa aman dan jaminan, cinta kasih dan kerbersamaan, serta sebagian kebutuhan penghargaan dan pengakuan pada hiarki Maslow, identik dengan faktor hygiene-nya Herzberg. Berdasarkan kajian teori yang berkaitan dengan motivasi, peneliti mendefinisikan motivasi adalah dorongan yang muncul dalam diri seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dorongan ini muncul dikarenakan adanya kebutuhan, dan peneliti sependapat dengan kebutuhan dan tingkatan kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham H. Maslow, David Mc. Clelland yaitu kebutuhan untuk berprestasi, faktor internal ataupun faktor eksternal.

Keberhasilan pengelolaan kelas bergantung pada motivasi guru, artinya guru yang memiliki motivasi yang tinggi akan dapat mengelola kelas dengan baik dan tepat. Mengelola kelas itu sendiri bukanlah tujuan utama dari setiap guru, akan tetapi apabila guru dapat mengelola kelas dengan baik, maka kegiatan belajar mengajarnya akan berjalan baik dan siswa-siswa-nya akan berprestasi tinggi. Mengelola kelas merupakan sarana/alat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan belajar mengajar.

Tujuan guru pada dasarnya adalah bagaimana guru dapat mentransfer materi pelajaran dengan baik, sehingga siswa dapat mengerti dan menerima materi pelajaran yang diajarkan. Mencermati teori kebutuhan Abraham Maslow, teori kebutuhan berprestasi David Mc. Clelland, teori ekspektansi Victor H. Vroom, maka motivasi guru menjadi dasar pertama untuk keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Guru yang puas dengan apa yang diperoleh atau apa yang dapat dicapai dari hasil dan lingkungan kerja akan dapat berperan banyak dibandingkan dengan guru yang memiliki motivasi rendah. Disadari atau tidak, motivasi kerja guru akan mempengaruhi perilaku guru dalam melakukan tugas pekerjaannya. Guru yang pertama-tama memikirkan mengenai penghasilan/gaji akan memandang pekerjaannya sebagai sarana untuk mendapatkan uang, dan sekolah merupakan organisasi yang menjamin kesejahteraan guru. Guru akan cenderung agar sekolah menerima siswa baru dengan memperhatikan kemampuan ekonomi siswa/orang tua siswa. Guru akan berupaya untuk memberikan pelajaran tambahan sebanyak mungkin pada siswa agar mendapatkan tambahan honor sebagaimana diharapkan. Guru juga akan mengajar di banyak sekolah agar mendapat penghasilan tambahan.

Akibat perilaku guru seperti itu, guru tidak akan sempat mempersiapkan pelajarannya dengan baik atau memeriksa tugas siswa satu per satu; guru hanya akan mengajar dengan metode mengajar yang mudah dilakukan baginya tanpa memperhatikan apakah siswa-siswanya dapat mengerti materi pelajaran yang diajarkannya. Sebaliknya guru yang menaruh perhatian pada perkembangan siswa, akan berupaya menyumbangkan segala kemampuannya untuk kepentingan siswa. Guru berupaya membantu siswa yang mempunyai kemapuan belajar yang rendah. Guru akan menggunakan berbagai metoda mengajar agar siswa dapat mengerti materi pelajaran yang diajarkannya. Guru tersebut akan mempunyai kreativitas yang tinggi; mau mengorbankan waktunya agar siswa bisa berprestasi. Guru akan merasa puas apabila siswa berhasil dengan baik.

Kedua perilaku guru yang digambarkan tidak terlepas dari motivasi yang dimiliki guru. Guru yang satu mempunyai motivasi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan guru yang lain mempunyai motivasi yang tinggi, bukan untuk kepentingan diri guru itu sendiri, melainkan untuk kepentingan siswa, untuk kepentingan proses belajar mengajar yang dilakukannya agar siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkannya, dapat mengembangkan potensi dirinya, dapat mempunyai wawasan yang luas dan berprestasi tinggi. Guru yang memiliki motivasi yang tinggi dan tidak hanya untuk kepentingan dirinya, akan dapat melakukan pengelolaan kelas dengan tepat. Guru tersebut akan menaruh perhatian bagi siswa dan kelasnya. Guru akan melakukan yang terbaik bagi siswa. Dalam mentransfer materi pelajaran pada siswa, guru akan mempelajari dan mengatur kelas sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru akan mencermati kemampuan para siswa satu per satu, sehingga guru mengetahui kemampuan siswa pada tingkatan rendah, sedang atau tinggi. Dengan demikian guru akan menentukan siswa-siswa yang mana, yang perlu mendapat bimbingan yang banyak; guru dapat menentukan metoda mengajar atau media pembelajaran yang harus digunakan. Guru akan menentukan berapa banyak tugas yang perlu diberikan. Hubungan yang bagaimana yang perlu dilakukan guru dengan siswa, agar kesulitan belajar siswa dapat teratasi; motivasi belajar siswa terus meningkat. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru ada hubungan dengan efektivitas pengelolaan kelas. Makin tinggi motivasi kerja guru, makin tinggi efektivitas pengelolaan kelas yang dapat dicapai. Demikian pula motivasi kerja guru ada hubungannya dengan gaya kepemimpinan guru dalam arti guru yang memiliki motivasi kerja tinggi, akan berupaya untuk melakukan berbagai strategi untuk keberhasilan PBM-nya termasuk untuk menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat.

3. Hakekat Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan diartikan sebagai pola tindak seseorang dari seorang pemimpin sebagai ciri kepemimpinannya. Definisi kepemimpinan hampir sama banyaknya dengan jumlah orang yang mencoba mendefinisikan konsep tersebut antara lain :

- Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas- aktivitasnya suatu kelompok ke tujuan yang ingin dicapainya bersama.

- Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

Gaya kepemimpinan akan menentukan sejauhmana efektivitas kepemimpinan, karena seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang tepat, akan dapat mengoptimalkan dan memaksimalkan kepemimpinannya. Para pakar manajemen mendekati konsep efektivitas kepemimpinan dari segi sikap perilaku pemimpin, dengan anggapan bahwa kemampuan untuk membangkitkan, menggerakkan, dan mengarahkan orang-orang yang dipimpin, agar mengikuti kemauan pemimpinnya tergantung pada gaya kepemimpinan dari pemimpin tersebut. Lebih lanjut dikemukakan bahwa gaya kepemimpian yang berdasarkan pada kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :

1) Gaya kepemimpinan autokratik (otoriter);

2) Gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif dan;

3) Gaya kepemimpinan bebas (laissez faire atau free rein)

Para ahli menyatakan bahwa tidak ada satu gaya pun yang paling tepat yang dapat mengatasi permasalahan yang muncul dalam berbagai situasi yang berbeda. Pendekatan situasional merupakan alternatif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang berbeda-beda. Kepemimpinan situasional menjelaskan bagaimana seseorang berperilaku. Peneliti pada Ohio States Leadership Studies, Ralph Stodgill mendefinisikan kepemimpinan sebagai perilaku individu ketika mengarahkan aktivitas suatu kelompok untuk mencapai tujuan, terdiri dari :

1) initiating structure : perilaku pemimpin yang berorientasi tugas dan;

2) consideration : perilaku pemimpin yang berorientasi hubungan.

Seorang pemimpin yang berorientasi tugas akan mempunyai kecenderungan berperilaku untuk menginformasikan apa yang diharapkan dari mereka; memberikan tugas-tugas secara khusus; mengarahkan dan membantu pengikutnya menyelesaikan tugas-tugas yang harus diselesaikan; minta anggota kelompoknya untuk mengikuti standar peraturan dan ketentuan.

Seorang pemimpin yang berorientasi hubungan akan mempunyai kecenderungan berperilaku untuk menyediakan waktu, mendengarkan anggota kelompoknya, menaruh perhatian pada permasalahan yang dikemukakan, ingin melakukan perubahan ke arah yang lebih baik; bersikap ramah dan bersahabat. Gaya kepemimpinan seseorang adalah pola perilaku seseorang ketika mencoba mempengaruhi aktivitas yang dilakukan. Gaya kepemimpinan seseorang merupakan kombinasi perilaku yang berorientasi tugas dan perilaku yang berorientasi hubungan.

Secara sederhana perilaku tugas diartikan luasnya kesempatan atau banyaknya waktu serta tindakan yang dipergunakan seorang pemimpin sebagai dasar dalam melakukan aktivitasnya dengan melakukan komunikasi satu arah dalam kerangka memberi penjelasan, instruksi atau petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan, dimana, kapan, dan bagaimana melakukannya serta dengan cara apa tugas-tugas dapat diselesaikan. Sedangkan perilaku hubungan diartikan luasnya kesempatan atau banyaknya waktu serta tindakan yang dipergunakan pemimpin sebagai dasar melakukan komunikasi dua arah dalam kerangka memberikan dukungan sosio-emosional, pengaruh-pengaruh psikologis serta kesempatan yang diberikan kepada para anggota/pengikut untuk berpartisipasi dan berinisiatif. Siswa sebagai subjek pendidikan dalam PBM, dapat dipastikan mempunyai kemampuan dan karakter yang berbeda-beda, karena mempunyai tingkat kematangan yang berbeda.

Gaya kepemimpinan guru adalah pola tindakan yang dilakukan guru, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan siswa. Pola tindakan yang perlu dimiliki guru adalah pola tindak yang berorientasi pada tugas, dan yang berorientasi pada hubungan. Pola tindakan yang berorientasi pada tugas bertujuan untuk membantu siswa terutama yang mempunyai kemampuan melakukan tugas rendah, agar dapat menyelesaikan tugas dengan benar. Pola tindak yang berorientasi pada hubungan bertujuan untuk mengkondisikan situasi kelas/belajar mengajar (memotivasi atau menstimulasi atau mempengaruhi), agar tugas/kegiatan guru dan siswa dapat dilakukan dengan tepat.

4. Kerangka Berpikir

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan gaya kepemimpinan yang perlu dimiliki guru adalah gaya kepemimpinan situasional, artinya seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan suatu gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan kelas dalam melaksanakan PBM.

Gaya kepemimpinan ini akan menentukan efektivitas dan efisiensi kepemimpinan seseorang. Pengelolaan kelas yang berhasil dengan baik akan ditentukan pula oleh kepemimpinan dan gaya kepemimpinan guru yang mengelola kelas tersebut. Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Selain faktor motivasi kerja guru, faktor lain yang ada pada pribadi guru dan ikut menentukan efektivitas pengelolaan kelas yaitu gaya kepemimpinan guru. Gaya kepemimpinan adalah bagian dari kepemimpinan seorang guru yang disadari atau tidak, dimiliki oleh guru tersebut. Gaya memimpin kelas memberikan bobot tersendiri bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dalam mentransfer materi pelajaran pada siswa. Kemampuan siswa akan menentukan apa yang harus dilakukan guru agar materi pelajaran yang diajarkan dapat diterima, dipahami siswa, serta tujuan pengajaran dapat dicapai. Kemampuan siswa diistilahkan oleh Hersey & Blanchard sebagai tingkat kematangan siswa, yaitu : rendah, moderat, dan tinggi. Masing-masing tingkat kematangan ini memerlukan gaya kepemimpinan yang berbeda. Kesiapan/kondisi kemampuan siswa yang tidak sama satu dengan yang lain merupakan faktor yang nyata ada dalam kelas dan tidak bisa dihilangkan. Oleh karena itu pengelolaan kelas yang harus dilakukan guru, salah satunya untuk mengatasi hal tersebut, dan siswa tetap dapat menerima materi pelajaran serta berprestasi.

Pengelolaan kelas memiliki fungsi yang jelas. Tujuan pengelolaan kelas yaitu menciptakan dan menjaga kondisi kelas agar PBM dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan sasarannya. Artinya upaya yang dilakukan oleh guru, agar siswa-siswa yang kemampuannya tidak semuanya sama, dapat mengikuti dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan guru. Kepemimpinan situasional dengan gaya kepemimpinan situasionalnya yang dimiliki guru merupakan solusi untuk keberhasilan pengelolaan kelas yang efektif. Guru akan selalu mempelajari kondisi siswa di kelas tempat guru tersebut mengajar, dan menentukan apa yang harus dilakukan oleh guru, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan tujuan pengajaran tercapai. Menurut Hersey & Blanchard, perilaku tugas dan perilaku hubungan akan mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut.
Nama : Rima Sari Sopianti
NIM : 1210201091
Jurusan : Kependidikan Islam

TRAGEDI BINTARO

TABRAKAN maut KA Argo Bromo Anggrek dengan KA Senja Utama di Stasiun Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah, Sabtu lalu mengingatkan masyarakat akan peristiwa semacam pada 1987. Saat itu, 19 Oktober 1987, KA 225 (Rangkasbitung-Jakarta Kota) yang dimasinisi Slamet Suradio bertabrakan secara frontal dengan KA 220 (Tanah Abang-Merak) di kawasan Bintaro, Tangerang.
Akibatnya, 156 orang tewas mengenaskan dan sekitar 300 korban lain mengalami luka-luka. Tragedi Bintaro itu dinilai sebagai kecelakaan terburuk dalam sejarah perkeretaapian Indonesia.

Slamet lalu ditetapkan sebagai salah seorang tersangka dalam insiden tersebut. Dia akhirnya divonis lima tahun penjara. Dia dianggap bersalah. Selain Slamet menjalani hukuman di balik terali besi, karir sebagai masinis langsung mandek. Dia diberhentikan dari pekerjaan itu. Setelah menuntaskan hukuman, dia memilih pulang ke kampung halaman di Purworejo.

Slamet kini tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun Krajan Kidul, RT 02/RW 02 Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo. Dia menghabiskan sisa hidupnya dalam kemiskinan dengan berjualan rokok eceran di rumah itu.

“Hingga kini saya masih sering trauma dan miris jika mendengar kabar kecelakaan kereta api. Sebagai mantan masinis, saya bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh seorang masinis yang mendapatkan musibah hebat seperti itu,” kenang dia.

Saat ditemui Radar Jogja (Grup JPNN) di rumah tersebut, lelaki lanjut usia itu masih mampu mengingat dengan jelas detail tragedi Bintaro yang melibatkan dirinya. Slamet mengisahkan, tragedi Bintaro terjadi Senin Pon, 19 Oktober 1987, pukul 07.30. Saat kejadian, Slamet berada di lokomotif KRD 225.

Di depannya, di rel yang sama, muncul KA 220 yang melaju dari Tanah Abang menuju Merak. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Slamet saat maut berada di depan matanya. Dia hanya mampu mengucapkan astagfirullahaladzim berulang-ulang sambil mencoba sekuat tenaga mengerem dan membunyikan “klakson” kereta.

Slamet baru tersadar ketika sudah berada di ruang ICU RS Kramat Jati dengan luka-luka di sekujur tubuh. Kaki kanannya patah. Kulit pinggulnya sobek. Selain itu, semua giginya rontok gara-gara terhantam handle rem kereta. Begitu tabrakan terjadi, tubuh Slamet terlempar hingga belakang jok masinis.

“Saya melihat sinyal aman ketika memasuki halte Pondok Bitung. Namun, secara bersamaan, dari arah berlawanan tiba-tiba muncul KA 220, lalu derrr…! Tabrakan maut itu tidak bisa terhindarkan,” tutur dia.

Kecepatan kereta yang dikemudikan oleh Slamet saat itu sekitar 40 km/jam. “Saya langsung tidak sadar dengan luka-luka di banyak bagian. Saya baru sadar ketika berada di rumah sakit,” ungkap pria yang pernah tercatat sebagai pegawai negeri sipil dengan NIP 120033237 itu.

Selaku mantan masinis, Slamet secara gamblang bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh masinis KA Argo Bromo Anggrek M. Halik Rusdianto, yang bernasib serupa dengannya. “Dalam setiap kecelakaan KA, masinis selalu menjadi kambing hitam utama. Pertimbangannya, perannya sangat vital. Saya yakin bahwa Pak Halik pasti mendapatkan interogasi panjang setelah kejadian,” tuturnya.

Untuk itu, Slamet berpesan kepada Halik untuk menceritakan apa adanya. “Setahu saya, seorang masinis baru menjalankan kereta atau memasuki stasiun ketika ada sinyal aman dari petugas pemberitahuan tentang persilangan (PTP),” tambah dia.

“Jika itu yang terjadi di Petarukan, Pemalang, secara pribadi saya tidak terima kalau masinis dikambinghitamkan. Jika diminta menjadi saksi ahli dalam sidang nanti, saya bersedia,” ungkap bapak yang ke mana-mana selalu membawa surat-surat penting kenangannya selama menjadi masinis dan dokumen proses peradilan yang menjadikannya terdakwa dalam tragedi Bintaro itu.

MENCARI Slamet Suradio di Purworejo memang tidak mudah. Radar Jogja (Grup JPNN) tak punya alamat detail rumahnya. Bahkan, nama masinis yang pernah menggemparkan Indonesia itu tidak terdata di PT KA (Kereta Api) Kutoarjo.

Petugas di Stasiun Besar Kutoarjo malah terkejut saat diberita tahu bahwa masinis KA 225 (Rangkasbitung-Jakarta) yang terlibat tabrakan dengan KA 220 (Tanah Abang-Merak) dan menewaskan 156 orang itu tinggal di Purworejo.

Alamat Slamet akhirnya ditemukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Purworejo. Slamet Suradio tercatat sebagai warga RT 01, RW 02, Dusun Krajan Kidul, Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Purworejo.

Saat didatangi di rumahnya Senin (4/10), laki-laki yang oleh warga sekitar lebih akrab disapa Slamet Bintaro itu sedang tidak ada. Rumahnya sepi. Tetangganya memberi tahu bahwa Slamet sedang berjualan rokok keliling di perempatan besar dekat BRI Cabang Kutoarjo (bukan berjualan rokok di rumah seperti diberitakan kemarin, Red).

Tapi, ketika pangkalan Slamet didatangi, bapak tiga anak itu ternyata sudah pergi. “Wong, barusan dia di sini. Mungkin masih di sekitar sini saja,” kata seorang tukang becak.

“Lha itu” orang yang pakai baju biru berjalan ke timur. Ya, itu Slamet Bintaro,” tambah si tukang becak sambil menunjuk ke arah pria gaek yang berjalan sambil membawa kotak rokok di dadanya.

Slamet yang mengenakan baju biru lusuh dan topi biru berjalan di trotoar dengan tertatih-tatih. Di pundaknya tergantung tas berisi beberapa bungkus rokok yang dijual keliling. Dia kaget ketika disapa dengan nama “Slamet Bintaro”.

Namun, setelah diajak makan di sebuah warung, dengan antusias Slamet menceritakan tragedi kecelakaan kereta yang terjadi pada Senin Pon, 19 Oktober 1987, pukul 07.30 tersebut. Tabrakan frontal dua KA itu dianggap sebagai kecelakaan terburuk dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Selain menewaskan 156 orang, tabrakan tersebut melukai sekitar 300 penumpang lainnya.

Dalam kasus itu, Slamet akhirnya dihukum lima tahun penjara. Begitu bebas dari Lapas Cipinang pada 1993, Slamet masih boleh ngantor, meski hanya disuruh apel pagi. Namun, pada 1994, dia diberhentikan dengan tidak hormat. Secara otomatis dia tidak mendapatkan uang pensiun. Padahal, Slamet mulai mengabdi di PJKA (kini PT KA, Red) sejak 1964 dan mulai 1971 menjadi masinis.

“Pengabdian saya selama puluhan tahun seperti tidak berarti,” ujar suami Tuginem, 45, itu dengan nada kelu. Tuginem merupakan istri kedua Slamet. Istri pertamanya, Kasmi, kawin lagi dengan masinis kawan Slamet ketika laki-laki berkulit hitam legam itu menjalani hukuman di Lapas Cipinang.

Slamet kemudian membongkar isi tas cangklongnya. Selain rokok, ternyata Slamet ke mana-mana membawa “surat-surat penting” yang menjadi saksi bisu pengabdian dirinya sebagai masinis. Di antaranya, surat tanda pengenal masinis dan surat pemberhentian dirinya oleh Kementerian Perhubungan.

Dia tampak terluka. Selain merasa menjadi kambing hitam dalam tragedi Bintaro, dia mendapatkan tekanan dari mana-mana. Dia menjalani pemeriksaan yang melelahkan dan membuatnya stres.

Dia juga tiga kali pindah rumah sakit saat menjalani pengobatan luka-luka akibat kecelakaan itu. Pertama, dia dirawat di RS Pelni Jakarta. Namun, lantaran mendapat teror dari massa “korban Bintaro”, Slamet kemudian diamankan dan dipindahkan ke RS Cipto Mangunkusumo, sebelum dipindah lagi ke RS Kramat Jati.

Di ICU RS Kramat Jati, Slamet dirawat tiga bulan. Selama menjalani perawatan itu, dia masih sering dimintai keterangan oleh aparat kepolisian. “Bahkan, saya pernah diinterograsi dengan todongan pistol agar mengakui apa yang tidak saya lakukan. Namun, saya tetap kukuh karena saya menjalankan kereta setelah mendapat sinyal aman ketika masuk Bintaro. Saya sempat bilang, tembak saja Pak. Saya rela mati karena saya merasa tidak melakukan kesalahan,” paparnya mengenang.

Meski demikian, Slamet Bintaro tetap menjadi terdakwa. Jaksa penuntut umum di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan saat itu menuntut Slamet dengan hukuman 14 tahun penjara. Namun, hakim menjatuhi hukuman 5 tahun penjara.

Setelah bebas dari Lapas Cipinang, Slamet Bintaro pulang ke kampung halaman, menemani istrinya yang bekerja sebagai buruh dan perajin emping. Slamet memilih berprofesi menjadi pengasong rokok keliling untuk mengisi hari-harinya.

Di perempatan BRI Kutoarjo yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Kutoarjo, saban hari dia dia menghabiskan waktu bersama para tukang becak dan tukang ojek yang mangkal di situ.

“Yang penting, pekerjaan saya halal. Saya tidak mencuri dan korupsi,” tutur Slamet yang sehari rata-rata hanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 5.000.

Sabtu, 25 Desember 2010

NAMA : Rahmatia daing ruka
NIM : 1210201084

Apa Yang Menghalangimu Untuk Belum Berhijab Wahai Saudariku


Hijab adalah pakaian wanita muslim yang menutup bagian kepala sampai dengan kaki (termasuk didalamnya jilbab/tudung dan pakaian yang longgar tidak memperlihatkan lekuk tubuh). Bagi orang awam, masalah hijab mungkin dianggap masalah sederhana. Padahal sesungguhnya, ia adalah masalah besar. Karena ia adalah perintah Allah SWT yang tentu didalamnya mengandung hikmah yang banyak dan sangat besar. Ketika Allah SWT memerintahkan kita suatu perintah, Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu adalah untuk kebaikan kita dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan, kemuliaan dan keagungan wanita.

Seperti firman Allah SWT: "Hai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin untuk mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu”.(QS. Al Ahzab:59)

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda: "Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, diatas kepala mereka (terdapat suatu) seperti punuk onta yg lemah gemulai. Laknatlah mereka! Sesunggunya mereka adalah wanita -wanita terlaknat."(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad(2/33))

Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga pernah bersabda: “Dua kelompok termasuk penghuni Neraka, Aku (sendiri) belum pernah melihat mereka, yaitu seperti orang yg membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuki manusia dan para wanita yg berpakaian (tetapi ) telanjang, bergoyang berlenggak lenggok, kepala mereka (ada suatu) seperti punuk unta yg bergoyang goyang. Mereka tentu tidak akan masuk Surga, bahkan tidak mendapat baunya. Dan sesungguhnya bau Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian."(HR. Muslim, hadits no. 2128).

Dimasa kini banyak alasan atau sebab yang sering dijadikan alasan mengapa para wanita enggan untuk berhijab, diantaranya:

1. Belum mantap
Bila ukhti/saudari berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Tuhan dengan perintah manusia. Selagi masih dalam perintah manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksa untuk menerimanya. Tapi bila perintah itu dari Allah SWT tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan saya belum mantap, karena bisa menyeret manusia pada bahaya besar yaitu keluar dari agama Allah SWT sebab dengan begitu ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut.

Allah SWT berfirman Allah: "Dan tidak patut bagi lelaki mukmin dan wanita mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)

2. Iman itu letaknya di hati bukan dalam penampilan luar
Para ukhti/saudari yang belum berhijab berusaha menafsirkan hadist, tetapi tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian.”(HR. Muslim, Hadist no. 2564 dari Abu Hurairah).

Tampaknya mereka menggugurkan makna sebenarnya yang dibelokkan pada kebathilan. Memang benar Iman itu letaknya dihati tapi Iman itu tidak sempurna bila dalam hati saja. Iman dalam hati semata tidak cukup menyelamatkan diri dari Neraka dan mendapat Surga. Karena definisi Iman Menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah: "keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan". Dan juga tercantum dalam Al-Quran setiap kali disebut kata Iman, selalu disertai dengan amal, seperti: "Orang yg beriman dan beramal shalih....". Karena amal selalu beriringan dengan iman, keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.

3. Allah belum memberiku hidayah
Ukhti/saudari yang seperti ini terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Karena bila orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo'akan dirinya agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan sebab-sebab yang bisa mengantarkannya sehingga mendapatkan hidayah tersebut. Seperti firman Allah SWT: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra'd: 11).

Karena itu wahai uhkti/saudari, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya Anda mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah SWT. Diatara usaha itu adalah berdo'a agar mendapat hidayah, memilih kawan yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab Allah, mengikuti majelis dzikir dan ceramah agama dan lainnya.

4.Takut tidak laku nikah
Syubhat ini dibisikkan oleh setan dalam jiwa karena perasaan bahwa para pemuda tidak akan mau memutuskan untuk menikah kecuali jika dia telah melihat badan, rambut, kulit, kecantikan dan perhiasan sang gadis. Meskipun kecantikan merupakan salah satu sebab paling pokok dalam pernikahan, tetapi ia bukan satu-satunya sebab dinikahinya wanita.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal; yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yg berpegang teguh dengan agama,(jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu". (HR. Al Bukhari, kitaabun nikah,9/115).

5. Ia masih belum Dewasa
Sesungguhnya para wali, baik ayah atau ibu yang mencegah anak puterinya berhijab, dengan dalih karena masih belum dewasa, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dihadapan Allah SWT pada hari Kiamat. Karena menurut syariat ketika seorang gadis mendapatkan Haidh, seketika itu pula ia wajib untuk berhijab.

6. Orang tuaku dan suamiku melarang berhijab
Dasar permasalahan ini adalah bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus didahulukan daripada keta’atan kepada mahluk siapa pun dia. Seperti dalam hadits shahih disebutkan:

"sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan."(HR. Al Bukhari dan Muslim). Dan sabda Rasul dalam hadist lainnya: "Dan tidak boleh ta'at kepada mahluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada Al-Khaliq." (HR. Imam Ahmad, hadits ini shahih).

Maka dari itu wahai ukhti yang belum berhijab, semoga tulisan ini mejadi pembuka hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yg tertidur, sehingga bisa mengembalikan segenap akhwat yang belum menta’ati perintah berhijab, kepada fitrah yang telah diperintahkan Allah SWT.