NIM : 1210201079
Kelas : KI B
Hati manusia selamanya, di medan-medan perjuangan, akan bertanya, bertanya kepada dirinya dan ini adalah sebagian dari pintu masuknya syetan. Kenapa kamu memenjarakan dirimu sendiri? Kenapa kamu tinggalkan negri dan keluargamu ? jika kamu terbunuh, maka istrimu yang cantik akan menjadi janda, dan anak-anakmu yang manja akan menjadi anak yatim! Kepada siapa kamu titipkan mereka? Jika keluarga yang kamu tinggalkan masih hidup, maka kepada siapa mereka kamu titipkan? Dinegerimu dahulu kamu dikelilingi sekumpulan anak-anak muda dan orang-orang tua. Mereka semua mengetahui betapa bernilainya dirimu dan menghargai pula kemampuanmu. Kamu tinggalkan mereka dan datang kemari. Kamu memenjarakan dirimu diantara bukit-bukit dan lembah-lembah. Tidak ada yang melihatmu kecuali Raabul Aalamin. Tidak ada yang mendengarkan perkataanmu kecuali jin dan malaikat. Sedikit saja manusia yang kamu lihat. Jika kamu berbicara, mereka tidak mendengarkan perkatanmu. Kamu tak lebih seperti perahu kecil disamudera luas terombang ambingkan ombak. Karena apa? Karena berbagai problem jihad yang menghadang dihadapanmu. Maka lebih baik kembali saja kembali kenegerimu! Disana juga ada jihad, disana juga ada i’dad, disana juga ada ribath. Kehadiranmu disini tidak berarti keberadaamu bersama mereka seperti anak-anak layaknya. Kamu hanya menjadi beban jihad. Kamu makan dari makanan mereka, minum dari minuman mereka dan bahkan merintangi gerakan mereka. Maka sudah sepantasnyalah kamu malu pada dirimu desdiri dan mencelanya. Lalu mengemasi barang-barangmu dan kembali ke tempat semula.
Demikianlah syetan menghasut hati manusia. Tapi hati orang yang beriman yang sadar, benar dan khusu tentu akan menjawab “ hai syetan, bukankah mereka itu saudara-saudaraku yang wajib aku lindungi mereka? Bukankah mereka itu wali-waliku yang harus aku tolong? Bukankah mereka itu orang-orang yang aku cintai?”.
Demikianlah syetan membisikan kesesatan kedalam hati manusia. Tapi hati orang berimanlah yang dapat menjaga dirinya dari bisikan syetan yang terkutuk. naudzubillahimindzalik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar