oleh : zaini hafidh ( make manah )
Metode salafiyah d terapkan d kuliah..?....why not...??
Mungkin hanya ada sebatas orang mengetahui tentang metode-metode yang di terapkan di pesantren salafiyyah, dan mereka pula banyak yang menilai bahwa metode itu telah jadul tapi tak bisa dipungkiri bahwa metode itu masih di berlakukan sebagai cara penyampaian materi ala ponpes salafiyyah yang paling ampuh, dan tidak sedikit pula lahirnya ulama-ulama besar berkat metode-metode itu.
Berikut ini adalah metode-metode yang sering di pakai di ponpes salafiyyah :
1. Sorogan (sorog) yang berarti menyodorkan kitab yang akan d pelajarinya kepada Kyai. Metode ini termasuk sistem pembelajaran pribadi, karena akan terjadi interaksi antara satu santri dan seorang guru, sistem ini sangat bagus, karena memungkinkan seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara keseluruhan kemampuan santrinya itu.
2. Bandungan/wetonan berasal dari kata wektu yang artinya waktu karena pengajian nya dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Metode ini sama halnya dengan metode perkuliahan, karena santri-santri mendengarkan pelajaran pelajaran dari Kyai, dan santri menyimak dan mencatat apa yang telah di sampaikan oleh Kyai.
3. Halaqoh/munazaharah, sitem ini merupakan pengembangn dari sistem bendongan. sistem ini adalah sama halnya forum diskusi tentang apa yang telah disampaikan oleh Kyai dengan bimbingan seorang guru, dalam metode ini di tuntut kepada`santri untuk aktif guru hanya sebagai moderator.
4. Hafalan/tahfidz, adalah sebuah metode yg mewajibkan santrinya untuk hapal ayat-ayat atau bait syair tanpa melihat tulisannya, metode ini kebanyakan diterapkan di ponpes yang mengharuskan santrinya untuk menghafal Al-Quran atau kitab-kitab tertentu, misalnya menalar Al-Quran atau juga menalar Alfiyyah ibn Malik. Setiap yang telah mereka hapal wajib disetorkan kepada Kyai atau guru secara langsung.
5. Musyawaroh/Hiwar, metode ini adalah untuk pendalaman dan pemantapan materi, yang mana metode ini tidak jauh beda dengan kegiatan diskusi yang biasanya kita lakukan. Dalam metode ini akan terjadi interaksi antara guru dan murid, karena mereka akan saling berdebat tentang permasalahan yang mereka bahas dan inilah yang menjadi ciri khas dari metode ini.
6. Bahtsul masail, atau yang disebut mudzakaroh adalah sebuah pertemuan yang dilakukan dalam waktu yang ditentukan untuk membahas suatu permasalahan, seperti permasalahan Diniyah, Aqidah, Fiqh, dan permasalah yang lainnya yang menyangkut agama, namun bedanya bahtsul masail dengan musyawaroh adalah kalau bahtsul masail pesertanya adalah para Kyai.
7. Fathul Qutub, metode ini biasanya dilakukan oleh santri-santri yang telah senior dan telah menguasai kitab-kitab dan telah tuntas belajar di suatu ponpes, dimana para santri di tugaskan untuk mencari rujukan terhadap beberapa topik dan permasalahn di dalam Fiqh, Aqidah, Akhlak, dll. Dan kegiatan fathul qutub yang lainnya adalah lstilah membaca kitab-kitab bagi santri senior sebagai tolak ukur kemampuannya setelan mesantren.
8. Muqoronah, adalah sebuah pengajaran tentang perbandingan, baik perbandingan agama, madzhab, atau materi maupun perbandingan kitab-kitab. Perbandingan agama dikenal dengan Muqoronqtul Adyan, sedangkan perbedaan madzhab dikenal dengan istilah Muqoronatul Madzahib.
9. Muhadatsah adalah sebuah latihan percakapan dengan menggunakan bahasa arab, yang sebelumnya para santrri diberi pengetahuan tentang mufrodat nya dulu (kosa kata bhs Arab), hal ini merupakan suatu pembiasan agar santri terbiasa menggunakan bahasa Arab walaupun sedikit dan bertahap.
Dari sekian banyak metode yang ada di pesantern salafiyyah, tidak ada salahnya kita aplikasikan dalam kegiatan pembelajaran kita di kampus, karena kita harus akui bahwa dengan metode-metode itulah banyak lahir para ulama dan cendikiawan hebat, jadi apa salahnya metode salafiyyah yang tradisional kita pergunakan dan kita gabungkan dengan metode perkuliahan masa kini yang sudah modern dan canggih.
Oleh : zays de gea
betul, hebat tuh, jika kita belajar pakai gaya di pesantren, intinya metode-metode di pesantren itu, adalah metode pengembangan diri, bahwa belajar tidak hanya tergantung kepada ustadz atau dosen, tetapi belajar dari diri sendiri kemudian dikonsultasikan dan didiskusikan kepada dosen. hebat kan, metode ini? ayolah kita ke sistem pesantren? hal ini bukan berarti dosen nyantai-nyantai aja, dosen juga perlu mengkaji dan menelaah referensi-referensi lain dan baru yang dapat dikomunikasikan kepada mahasiswa.
BalasHapus