Senin, 25 Oktober 2010

Nama : Rahmatia Daing Ruka
NIm : 1210201084
Jur : KI.B / I
KAJIAN ORIENTALIS





Beberapa waktu lalu saya mendapatkan satuan mata kuliah bertajuk “Kajian Orientalisme terhadap Al-Quran dan Hadits” di Program Studi Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta. Mata kuliah ini diberikan untuk mahasiswa semester VIII. Yang menarik untuk ditelaah adalah tujuan diberikannya mata kuliah ini kepada mahasiswa, yakni, agar ‘’Mahasiswa dapat menjelaskan dan menerapkan kajian orientalis terhadap Al-Quran dan hadits.’’

Ada empat buku referensi yang dianjurkan untuk dibaca yaitu (1) buku karya Mohammed Arkoun, Rethinking Islam; (2) buku Norman Calder berjudul ‘Studies in Early Muslim Jurisprudence’ (3) buku Kenneth Cragg, ‘The Event of the Quran: Islam in Its Scripture’ ; (4) buku Farid Essac, berjudul Qur’an Liberalism and Pluralism: an Islamic Perspective of Interreligious Solidarity againts Oppression).
Kurikulum di sebuah perguruan Tinggi Islam terbesar ini sangat penting untuk ditelaah, mengingat kurikulum adalah panduan untuk mengarahkan jenis mahasiswa macam apakah yang diinginkan untuk dibentuk pemikirannya, khususnya terhadap Al-Quran dan hadits. Apalagi, kurikulum ini diberikan di jurusan tafsir dan hadits.
Dari tujuan dan daftar referensi yang dianjurkan sudah terlihat dengan nyata, bahwa UIN Jakarta – khususnya jurusan tafsir hadits – ingin membentuk sarjana agama yang berpikiran model orientalis, khususnya dalam bidang Al-Quran dan hadits.
Tentu saja ini sangat menyedihkan. Dari referensi yang dianjurkan, misalnya, tidak terdapat karya-karya Edward Said yang dikenal sangat kritis terhadap orientalisme.
Mengutip pendapat Prof. Dr. Ali Husny al-Kharbuthly (Guru Besar di ‘Ain Syams, Mesir), Prof. Hamka menyebutkan, bahwa ada tiga tujuan orientalisme di dunia Islam, yaitu (1) Untuk penyebaran agama Kristen ke negeri-negeri Islam, (2) Untuk kepentingan penjajahan, (3) Untuk kepentingan ilmu pengetahuan semata. (Hamka, Studi Islam, 1985:12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar